
Pendahuluan
Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih sering dijumpai, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Kondisi ini ditandai dengan kadar hemoglobin <11 g/dL dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, baik bagi ibu maupun janin, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, hingga kematian ibu. Kehamilan secara alami menyebabkan perubahan fisiologis, termasuk hemodilusi akibat peningkatan volume plasma yang lebih besar dibandingkan massa sel darah merah, sehingga meningkatkan risiko
anemia, khususnya pada trimester pertama dan ketiga. Faktor pekerjaan menjadi salah satu determinan penting dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Jenis pekerjaan, tingkat aktivitas fisik, durasi kerja, serta lingkungan kerja turut memengaruhi status gizi dan kadar hemoglobin. Ibu hamil yang bekerja dalam kondisi fisik berat dengan akses gizi terbatas lebih rentan mengalami anemia dibandingkan mereka yang bekerja di lingkungan yang mendukung kesehatan. Data global menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 40% (WHO, 2022). Di Indonesia, angka ini meningkat dari 37,1% pada tahun 2013 menjadi 48,9% pada 2018 (Riskesdas, 2018). Di Provinsi Banten, tren serupa terlihat dengan peningkatan kasus dari 33 kasus pada
2021 menjadi 64 kasus pada 2022. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, prevalensi anemia ibu hamil di Banten meningkat dari 35,2% (2018) menjadi 37,7% (2019). Di wilayah kerja Puskesmas Ciruas, tercatat 69 kasus
Selengkapnya : Semua Artikel / Hasil Penelitian di Puskesmas Ciruas